Dalam beberapa tahun terakhir, situasi ekonomi kelas menengah Indonesia menjadi sorotan utama. Meski kerap sebut sebagai penopang utama perekonomian nasional, data terbaru justru menunjukkan bahwa kelompok ini makin terjepit.
Transaksi QRIS dalam negeri nyatanya menunjukkan alarm bahaya akan potensi jutaan masyarakat Indonesia ‘turun kelas’ menjadi menengah ke bawah. Hal ini terbuktikan lantaran tercatat adanya penurunan transaksi.
Kelas menengah adalah tulang punggung ekonomi. Mereka menggerakkan konsumsi domestik, menyokong sektor jasa, dan menjadi target utama berbagai produk keuangan, properti, hingga pendidikan. Jika daya beli kelas menengah melemah, maka potensi perlambatan ekonomi nasional menjadi ancaman nyata.
Transaksi QRIS bukan hanya soal kemajuan digital, tapi juga cermin kondisi ekonomi masyarakat. Fakta bahwa transaksi kecil makin mendominasi menjadi sinyal penting bahwa kelas menengah Indonesia tengah mengalami tekanan. Kini saatnya semua pihak lebih peka dan mengambil langkah konkret agar kelas menengah tidak makin terpuruk—karena masa depan ekonomi nasional bertumpu pada mereka.
“Ini bisa tercermin dari perubahan pola transaksi, misal penurunan pada transaksi di kategori seperti hiburan atau restoran, sementara ada peningkatan dalam kategori seperti bahan makanan atau kebutuhan rumah tangga,”
Data transaksi QRIS menunjukkan adanya penurunan volume transaksi di beberapa bank, menjadi salah satu indikasi turunnya kelas menengah ke kelompok menengah rentan dan rentan miskin.
Sementara itu, kelompok masyarakat rentan miskin juga mengalami peningkatan jumlahnya dari 54,97 juta orang pada 2019 menjadi 67,69 juta orang pada 2024. Data ini menunjukkan bahwa banyak golongan kelas menengah yang turun kelas ke kelompok masyarakat rentan miskin atau kelas menengah rentan.